Ilustrasi Seorang Ibu yang menemani anaknya belajar. (foto dok arahmasalah.blogspot.com)

Dulu diawal-awal rumah tangga kami ketika kehamilan putra pertama, saya merasa ada sikap istri yang kurang berkenan di hati. Dalam hati kecil selalu bertanya-tanya  "ada apakah ini?" Ketika itu penghasilan Istri lebih besar dari nilai yang ku beri. Hingga puncaknya lahirlah putra kami melalui Operasi Caesar yang menyisakan setumpuk hutang yang melampaui kemampuan kami.

Tak banyak yang bisa kulakukan selain tetap bekerja dan selalu memohon pertolongan-NYA. Setelah anak kami umur 7 bulan, atas seizin Allah dengan biaya yang cukup ringan dan tidak sulit sampailah saya ke Saudi menjadi TKI.

Setelah di Saudi, melalui artikel di webnya Bpk Jamil Azzaini saya menemukan jawabannya. "Sebagai pemimpin seorang suami Jika ingin dihormati dan disegani Istri, hendaknya mempunyai  kelebihan tiga hal  dari Istri". Yaitu Penghasilan, ilmu dan amal (amal perbuatan dan ibadah).

Ingatlah, kewajiban menafkahi keluarga ada pada lelaki. Walau istri memiliki penghasilan, kewajiban nafkah keluarga tidak berpindah tangan ke istri. Suami yang bertanggungjawab tidak akan meminta penghasilan yang diperoleh istrinya.

Dalam hal ilmu, suami harus lebih unggul dibandingkan istri. Ilmu yang dimaksud di sini bukan yang ditandai dengan gelar kesarjanaan, tetapi ilmu-ilmu kehidupan. Apabila saat ini istri memiliki kedudukan ilmu yang lebih tinggi maka seorang suami harus lebih giat belajar untuk mengejar ketertinggalan. Saat istri bingung memecahkan berbagai problematika kehidupan, suami menawarkan solusi yang brilian dengan ilmu yang dimilikinya.

Amal perbuatan Suami hendaknya bisa menjadi contoh untuk anak istrinya. Ibadah suami juga harus lebih rajin dibandingkan istri. Suami menjadi penggerak semangat ibadah di dalam keluarga. Iapun siap menjadi imam sholat berjamaah di rumah. Suami yang malas tak layak menjadi pemimpin dalam keluarga.

Apabila suami tidak memiliki tiga kelebihan itu boleh jadi kepercayaan suami akan terus menurun dan hidupnya di bawah kendali istri.

Wahai para suami, apa mau hidupmu dikendalikan oleh istri? Tentu tidak. Kalau tidak mau, jangan kau ijinkan istrimu menjadi TKI padahal engkau sehat dan berpangku tangan di kampung halaman dengan alasan mengurus anak-anak. Akan lebih terhormat jika dirimu yang menjadi TKI sedangkan istrimu di rumah mengurus anak-anakmu dan menjaga hartamu.

Sebagai Suami, marilah kita sama-sama berusaha, belajar, berdo'a dan saling mendo'akan semoga kita bisa mempunyai tiga kelebihan itu. Do'akan juga untuk para Istri yang suaminya belum memenuhi tiga kriteria itu, semoga membaca ini dan mau belajar memperbaiki diri. Sedangkan Suami yang telah memiliki semoga tetap diberikan kerendahan hati.

Salam Positif…



0 comments:

Post a Comment