Ilustrasi Dok smkn1kalasan.sch.id
Kisah ini saya dapat dari cerita seorang teman yang menceritakan teman sekaligus tetangganya yang tidak perlu saya sebut nama dan alamat lengkapnya. Cukup kita ambil hikmah dari kisah ini.

Sebut saja namanya Fulan. Si Fulan mempunyai usaha pertukangan kayu yang memproduksi mebel untuk suplay ke perusahaan furniture, hingga menjadi komoditi ekspor dan juga dikirim ke kota-kota besar Di Indonesia. Usaha perorangan yang dirintis sudah kelihatan lumayan untuk ukuran di Desanya. Ia memiliki karyawan (tukang kayu) lima orang. Hasil produksinya ia kirimkan setelah diperkirakan satu truk muatan penuh untuk menghemat biaya pengiriman.

Suatu ketika salah satu dari karyawannya ada yang hendak menikah. Setelah dihitung- hitung karyawan tersebut merasa kalau uang yang ia kumpulkan belum cukup untuk pesta pernikahannya. sehingga ia berinisiatif untuk kasbon ke bosnya yaitu si Fulan. Biarpun merasa sungkan, karena desakan kebutuhan, ahirnya niatannyapun ia sampaikan. Ternyata kenyataan tak sesuai yang ia harapkan. Istri Si fulan dengan nada kasar melarang memberikan pinjaman untuk karyawannya tersebut. Keungan usaha dan pribadi Si Fulan tak dipisahkan dan istrinya-lah yang memegang dan mempunyai kuasa.

Mendengar pernyataan itu sang karyawan hanya terdiam tanpa kata untuk membela dirinya. Ternyata dalam diamnya itu ada luka di hati yang mengakibatkan marah dan dendam. Ia tak membalas dengan cacian ataupun kekerasan, tapi ia membalas dengan hal lain.

Beberapa hari setelah menikah ia kembali bekerja dengan si fulan. Nggak tau ide dari siapa, apakah dari dia atau teman-temannya. Karena waktu kejadian itu, semua teman-temannya juga menyaksikan. Ia bersama dengan empat temannya kompak. Material bahan untuk membuat mebel, yaitu kayu jati tidak ia gunakan dengan maksimal. Banyak kayu-kayu yang semestinya masih bisa digunakan, ia ikutkan kedalam rumbuk'an kayu sisa yang tak berharga. Bahan yang biasanya menghasilkan kursi lima buah, hanya menghasilkan empat buah. Dan kualitasnyapun asal-asalan tak sebaik sebelumnya. Ini dilakukan sebanyak 5 orang setiap hari hingga berminggu-minggu dan menjadi bulan.

Marahnya diam, tapi tindakan yang dilakukan setelah itu telah melenyapkan. Melenyapkan impian si fulan untuk memiliki usaha yang maju. Melenyapkan harta yang sudah dikumpulkan si fulan. Melenyapkan pekerjaan dia dan teman-tamannya. Karena setelah itu usaha pertukangan si fulan gulung tikar.

Dari kisah itu kita bisa mengambil pelajaran;
 

* bahwa kebahilan (pelit) telah menjadi jalan bangkrutnya usaha si fulan. Dan sebaliknya banyak orang sukses bilang bahwa dengan berbagi, rezki akan menjadi semakin bertambah dan berlimpah. 
* Sebagai pemilik usaha sekaligus pimpinan mestinya selalu melakukan pengawasan terhadap kinerja bawahan.
 *Keuangan pribadi mestinya dipisahkan dengan keuangan usaha.
 

Semoga kisah ini ada hikmahnya dan bermanfaat buat kita semua. Kira-kira pelajaran apa yang bisa anda dapat dari kisah diatas selain tiga hal tersebut? Silahkan tambahkan di kolom komentar biar menjadi lebih lengkap.. 


Salam Positif...
By Bang Tono

0 comments:

Post a Comment