Hajian
2011,
Untuk yang sudah pernah melaksanakan ibadah Haji pasti tau bagaimana penuh sesaknya kota Makkah, baik di Arafah, Muzdalifah ataupun Mina. Disuatu pagi ketika kami mabit Di Mina, kumandang adzan shubuh mulai terdengar. Ku bergegas untuk bangun dan mengambil air wudhu. Karena kedua temanku belum bangun, aku ikut sholat berjama’ah dengan orang-orang dari kebangsaan lain yang kebetulan lagi sholat berjamaah dengan teman-temannya yang tempatnya tidak jauh dari tempatku merebahkan tubuh diatas tikar.
![]() |
Ibuku Di Kampung Halaman |
Usai
sholat, ku tetap duduk bersimpuh untuk berdzikir. Tiba –tiba jantungku berdegup
kencang. Plass… kaget dan tertegun. Dengan
bertal’biah Rombongan jama’ah haji Indoneia sedang melintas. Aku merasa salah
satu dari jamaah ada ibu saya. Padahal ibu saya sedang tidak melakukan ibadah
haji tahun itu. Tinggi badan, gaya beliau berjalan sangat persis. Tapi itu
tampak hanya sekejap mata.
Terus ku pelototi rombongan itu. Hingga mereka berjalan semakin dekat dengan tempat dudukku. Begitu dekat,ternyata ibuku tidak ada. Enggak tahu apakah aku sedang berhalusinasi atau apa namanya.
Terus ku pelototi rombongan itu. Hingga mereka berjalan semakin dekat dengan tempat dudukku. Begitu dekat,ternyata ibuku tidak ada. Enggak tahu apakah aku sedang berhalusinasi atau apa namanya.
Seketika itu, air mataku pecah. Menetes dengan derasnya hingga tak bisa terbendung lagi. Ku berdo’a kepada Allah semoga beliau bisa benar-benar sampai kesana. Semoga suatu saat aku dimampukan untuk bisa menghajikannya.
Hingga jamaah yang lain sudah pada bubar, aku masih duduk menutup muka dengan tanganku agar tangisanku tidak terlihat orang lain.Takut ketahuan kedua temanku yang masih tidur, aku ikut tidur lagi dengan menutup kepala menggunakan kain Ihram.karena dibalik Kain ihram itu air mata masih terus mengalir. Ketika temanku bangun dan menanyakan apakah sudah sholat shubuh, aku hanya menjawab “sudah “ tanpa membuka kain yang menutup kepalaku. Takut tangisanku diketahui oleh mereka.
Diahir tahun 2012 aku pulang ke Indonesia. Ketika bertemu dengan ibuku, aku ceritakan kejadian itu. “lha ndisek kowe ngomong nek kaji jare arep ngajak bareng, lek aku mbok tinggal kok… ( lha dulu kamu bilang kalau haji katanya mau ngajak bareng , tapi ternyata aku kamu tinggal kok..)” sambil ketawa ibuku menjawab.
Ternyata beliau masih ingat kata-kataku yang mungkin waktu itu hanya sebatas ngomong sebagai penghibur diri. Dulu aku pernah mau di hajikan seseorang dengan cerita yang panjang, rumit dan berbelit. Yang ujung-ujungnya adalah penipuan. Kabar sudah tersebar kemana-mana. Akupun merasa malu dengan hal itu. Untuk menguatkan hati ibuku, waktu itu aku bilang “kalau emang enggak jadi ya udah, berarti emang belum dipanggil sama Allah. Semoga besok bisa berangkat haji dengan biaya sendiri aja bareng ibu”. Beliau mengaminkan hal itu.
Dan Subhanallah, itu menjadi do’a beliau sepanjang waktu. Hingga di tahun 2010 karena suatu keadaan aku berangkat ke Saudi untuk menjadi TKI. Alhamdulillah ditahun 2011 aku sudah bisa berhaji yang kedua kalinya untuk membadalkan almarhum Bapakku.
******************************
Di Masjidil Haram Ramadhon 2012
![]() |
Aku dan temanku Sutanto bersama Bapak Jamil Azzaini |
Hari
itu aku janjian ketemu dengan Bapak Jamil Azzaini ( Inspirator Sukses Mulia) di lantai dua masjidil Haram. Waktu menjelang
magrib menunggu berbuka puasa. Aku sudah melihat beliau duduk ditengah –tengah
para jamaah dari seluruh penjuru dunia. Baju batik yang beliau kenakan
memudahkanku untuk menemukannya, walaupun tampak kecil dibandingkan dengan
orang- orang disebelahnya. Karena penuh sesak, aku dan temanku tidak bisa duduk
bersebelahan dengan beliau.
Setelah membaca sms-ku, beliau clingak-clinguk mencari diriku. Dan kami-pun hanya saling melambaikan tangan dari tempat yang berjauhan. Ku tunaikan sholat sunnah dilanjutkan dengan I’tikaf menunggu magrib tiba. Tiba-tiba aku teringat dengan cerita beliau di web-nya Jamil Azzaini.com tentang kisahnya menghajikan kedua orang tuanya. Pikiranku melayang ke sosok seseorang yang melahirkan dan membesarkanku seorang diri sebagai single parent semenjak aku kelas dua SMP.
Aku teringat dibulan Ramadhan ketika aku, ketiga adikku dan ibuku makan sahur bersama. salah seorang dari ketiga adikku nyeletuk “ lauk kok gini terus setiap hari..!” kebetulan pecel dan bakwan sisa dagangan ibu yang menjadi menu sahur kami setiap hari. Aku membayangkan bagaimana perasaan ibu waktu itu, beliau sudah banting tulang siang malam untuk menghidupi kami. Biarpun begitu beliau masih tegar dengan menjawab “ besok kalau kamu sudah gede sudah bisa bekerja, sudah bisa nyari duit sendiri beli makanan semaumu dan sesukamu yang enak ..”
Di sini saya bisa makan sesuka dan semauku, tetapi bagaimanakah dengan ibuku disana? Apakah makanan beliau untuk sahur dan berbuka puasa masih seperti yang dulu..? memakan sisa dagangan yang sudah tidak laku untuk lauknya..? air mataku-pun pecah tak terbendung lagi. Hingga sholat berjama’ah Magrib, aku masih sesenggukan dan meneteskan air mata. Sampai-sampai ketika Pak Jamil sudah menunggu di belakangku , aku masih belum bisa membendungnya.
Merasa tak enak jika beliau menunggu terlalu lama. kubalikkan badan kusalamin dan kupeluk beliau dengan air mata masih sedikit menetes. Ketika aku sedikit bercerita, beliau bilang “ajak kesini dong!” “mohon do’anya Pak Insyallah tahun 2017”. Aku nggak tahu bagaimana caranya dan duit darimana untuk bisa membawa Ibuku ke tanah suci. Aku hanya bisa mendo’akan setiap waktu dan selalu menyempurnakan ikhtiarku dalam menjemput rezki. Semoga kelak bisa mewujudkannya bi idznillah.
*******************
Makkah, Maret 2012
![]() |
aku dan para kurir #Sedekah Rombongan |
Ketika menunggu Bis, aku sempat berbincang-bincang dengan ibu Mas Saptu. Beliau sempat bercerita kalau dulu beliau juga pernah menjadi TKI seperti aku ketika Mas Saptu masih kelas lima SD disaat bapaknya telah berpulang lebih dulu kepada-NYA. Beliau bilang “kerja apa aja yang penting halal, Disyukuri dan Disabari (sabar).
Aku kembali teringat dengan sosok ibuku yang juga seorang janda. Beliau mebesarkanku dan ketiga adikku seorang diri. Dan sampai saat ini aku belum bisa membahagiakannya. Ketika sudah naik didalam bis, rasanya air mata ingin pecah. Tapi aku berhasil menahannya, malu dengan Mas Saptu dan Istrinya yang duduk di barisan kursi sebelahku. Dalam Hati ku Berdo’a, Ya Allah! Seperti inilah mimpiku. Aku ingin seperti mas Saptu, bisa membawa istri dan kedua ibunya (Ibunya sendiri & Ibu Mertua) mengunjungi Rumah-MU Baitullah. Ziarah ke makam Rosulmu Muhammad Sollallaahu alaihi Wasallam.
Sampai di hotel, aku ketemu dengan Mas Karman, Faisal dan Herry . yaitu para kurir sedekah Rombongan, yang sebelumnya hanya melihat di webnya Sedekah Rombongan.Juga ketemu dengan Mas Tanto owner Travel yang memberangkatkan mereka katanya. Dan ada satu Jama'ah lagi yang ikut ngobrol bersama kami, tetapi aku lupa namanya. ngobrol dengan mereka membuat aku bisa tertawa hingga lupa dengan air mata yang hendak jatuh. aku baru pertama kali bertemu dengan mereka, tetapi terasa kayak ketemu teman lama. Makasih untuk semuanya...
Ternyata Mas Karman juga bersama dengan kedua orang tua dan saudaranya. Ia telah berhasil memberikan kebahagiaan kepada kedua orang tuanya yang telah bersabar dengan penyakit Stroke yang diderita oleh bapaknya bertahun-tahun.Setelah sampai di sakan (Mess tempat tinggalku), aku buka twitter dan kubuka satu persatu foto-foto yang di uploud Mas Saptu dan Mas Karman. Terus terang, aku merasa iri dibuatnya. Ya Allah, aku ingin seperti mereka…. Aamiin…
Salam Positif
Dok Bang Tono April 2013
0 comments:
Post a Comment