Untuk menanam cabai dalam pot diperlukan dua macam pot yang berbeda ukurannya. Pot penyapihan bergaris tengah 15 cm berupa kantung plastik hitam, dan pot penanaman permanen bergaris tengah 30 cm, berupa pot beneran dari plastik yang lebih kuat. Benih cabai disemai dulu di bak persemaian berisi tanah gembur, pasir bersih yang sudah diayak, dan pupuk kandang kering yang sudah dihaluskan, dengan perbandingan 1 : 1 : 1.

Semuanya perlu dicampur dengan nematisida Furadan 3 G untuk mencegah hama cacing dan larva serangga dalam tanah. Lalu ditaruh dalam bak persemaian berupa tray plastik yang dinding dan dasarnya berupa anyaman, untuk merembeskan air siraman yang kelebihan. Tetapi boleh juga berupa bak dari papan kayu setinggi 15 cm yang dasarnya dilubangi beberapa baris. Media tanam disusun setebal 10 cm di dalamnya, lalu diperam selama seminggu sebelum dapat ditebari benih cabai.
Pada hari menyemai, benih direndam dulu dalam air kobokan, untuk mengetahui mana yang bernas dan mana yang kopong. Hanya benih yang tenggelam di dasar kobokan yang boleh dipakai. Lainnya, yang mengapung dan melayang, dibuang saja.
Benih disemai agak jarang, berjarak 3 – 5 cm, supaya kecambah yang tumbuh tidak berdesak-desakan nanti. Setiap pagi persemaian disiram. Juga setelah benih berkecambah dalam waktu empat hari.

Sesudah kecambah berdaun tiga helai (kira-kira berumur dua minggu), ia dipindahtanamkan ke pot penyapihan berupa kantung plastik polibag hitam bergaris tengah 15 cm, berisi media tanam yang sama. Satu kantung penyapihan diisi satu bibit. Tetapi yang diisikan hanya bibit yang bagus saja, berbatang kokoh, berdaun hijau segar, dan normal bentuknya.

Ini diperlukan agar kecambah membentuk akar yang lebih banyak dan kuat, setelah dipindah ke media penyapihan. Kalau tanpa disapih, akarnya miskin dan lemah. Lakukan di pagi hari sebelum matahari menyengat, atau sore hari setelah suhu udara tidak panas lagi. Dipindah bersama tanah yang mengelilingi akar ke dalam pot penyapihan.

Deretan pot penyapihan harus dinaungi terhadap sengatan matahari. Lakukan penyiraman setiap pagi, tetapi tidak boleh banyak-banyak, agar tidak terlalu basah. Tambahkan pupuk NPK bila perlu. Tetapi larutan dulu dalam air calon penyiram.

Kira-kira berumur lima minggu atau sesudah berdaun lima helai, bibit dipindahtanamkan ke pot penanaman yang permanen. Pot sebaiknya terbuat dari plastik yang kuat, supaya mudah dipindah-pindahkan kalau perlu, tanpa merusak wadah dan tanaman. Garis tengah bagian atasnya 30 cm, dan tingginya 30 cm. Perlu cukup tinggi, agar media tanam yang dimasukkan cukup dalam. Media tanam sama dengan di kantung penyapihan, tetapi dipersiapkan dulu di suatu tempat untuk dicampur dengan kapur dolomit. Sebelumnya cek dahulu pH media tanam.

Sebulan setelah dipindahtanamkan, cabai perlu diberi ajir dari bilah bambu yang sesuai ukurannya, untuk menopang cabangnya yang harus menanggung beban buah lebat nanti. Cabang ini diikat dengan tali rafia pada ajir yang ditancapkan di media tanam pot.

Buang tunas yang muncul di samping agar pertumbuhannya bagus dan kemampuannya berproduksi optimal. Begitu juga dengan tunas bunga pertama dan kedua. Ini untuk menunda pembungaan. Sebab, tanaman mula-mula belum cukup kuat untuk berbuah. Yang perlu dibuang lainnya adalah semua daun di bawah cabang utama, agar bagian bawah batang itu bebas.

Taruh di tempat yang terkena sinar matahari penuh, agar tidak diserang jamur, tapi penyiraman tidak berlebihan. Serangan hama serangga mudah ditanggulangi dengan setiap hari mengamati tanaman. Kalau dirawat baik-baik, cabai dalam pot sudah dapat dinikmati hasilnya pada umur 45 – 50 hari. Buah dipanen yang sudah matang merah menyala dulu, yang padat bentuknya, dan maksimal bobotnya, walaupun yang 90% matang juga sudah boleh dipanen dan dimatangkan di tempat penyimpanan. (Slamet Soeseno – Intisari)


Sumber Intisari online

0 comments:

Post a Comment