Senin kemarin, anak saya Hana Fadhila Firdausi (Hana, kelas 8) libur. Sekolahnya digunakan untuk try out kakak kelasnya. Karena ingin ngobrol dari hati ke hati dengan Hana, kemarin saya juga memutuskan untuk di rumah saja. Alhamdulillah, saya bisa ngobrol empat mata dengan anak saya yang sudah mulai remaja ini.

Kami ngobrol tentang bagaimana interaksi yang baik antara orang tua dan anak. Bagaimana pengorbanan seorang ibu, apa yang harus dijaga oleh seorang ibu agar anaknya selalu berada di jalan yang benar. Saya sampaikan kepada Hana, “Kamu harus mencintai dan menaruh rasa hormat kepada mamamu tiga kali lebih besar dibandingkan yang kamu lakukan kepada bapak.”

Saya menambahkan, “Ucapan seorang ibu bisa menjadi doa. Dulu di kampung bapak, ada seorang anak yang diminta ibunya untuk membantu bekerja. Anak itu menolak sambil marah-marah. Sang ibu kemudian berkata, busuk kakimu! Maka, beberapa hari kemudian kaki anak itu bengkak, membesar dan menimbulkan bau busuk.”

Saya lanjutkan cerita itu dengan pesan, “Saat kelak kamu menjadi seorang ibu, jaga dan berhati-hatilah terhadap yang kamu ucapkan. Ucapanmu adalah doa. Nah, kamu sekarang masih menjadi seorang anak maka tugasmu menjaga agar mamamu tidak terpancing mengucapkan kata-kata yang kotor.”

Saya kemudian bertanya kepada Hana, “Bagaimana agar mama tidak terpancing mengucapkan kata yang kotor?” Sambil terisak Hana menjawab, “Hana harus taat sama mama, Hana harus nurut sama mama, Hana harus menghormati mama. Hana gak boleh membuat mama marah.”

Suasana hening, saya menarik nafas panjang, butiran air mata mengalir pelan di pipi saya. Dengan terbata-bata saya berkata, “Menghormati mama tak cukup hanya cium tangan, memeluk, mendoakan dan bilang I love you ke mama. Kamu juga harus memuliakan tamu-tamu, teman-teman dan saudara mama. Kamu juga harus berusaha keras agar mamamu bangga dengan kamu.”

Setelah beberapa saat dalam suasana hening, saya tutup obrolan itu dengan berkata, “Mbak Hana, ridho Allah tergantung ridho orang tua. Maka buatlah agar mamamu selalu ridho kepadamu. Bapak rela cintamu kepada mama jauh lebih besar dibandingkan ke bapak. Kamu cinta khan sama bapak?” Setelah Hana mengangguk, saya berkata, “Berikan cintamu kepada mama tiga kali lipat dibandingkan cintamu kepada bapak.”

Hanapun semakin terisak, sementara saya tertegun dan bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya sudah termasuk orang yang memulikan ibu?” Hana menangis menuju kamarnya. Sementara saya bersujud kemudian mendokan ibu saya yang sangat saya cintai.

Salam SuksesMulia!

Copas dari JamilAzzaini.com

0 comments:

Post a Comment