JAKARTA - Masitoh (30) sebisa mungkin berupaya untuk menahan rintihan ketika berada di atas Bajaj. Sebab, secara tiba-tiba perutnya merasa sangat sakit. Ia mengalami kontraksi pada kehamilannya.

Jarak antara kontraksi pertama hingga kontraksi ketiga pun sangat dekat, hanya berselang sekitar lima belas menit. Di jok belakang Bajaj, ia pun melahirkan seorang bayi perempuan, tanpa bantuan seorang pun.

Peristiwa kelahiran bayi itu tidak pernah terprediksi oleh Masitoh. Kejadian bermula ketika pada Rabu (5/2) dia sampai di Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta Utara, setelah selama satu minggu lebih melakukan perjalanan laut dari Pakistan. Kepulangan Masitoh ke Indonesia untuk menjenguk orang tuanya yang sedang sakit, di kampung halamannya di Sukabumi.

Dari kawasan Pelabuhan Tanjung Priuk, pagi itu ia menumpang Taksi menuju ke Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur. Tetapi karena tidak tahu jalan, sopir taksi justru memilih jalan melalui Pluit, Jakarta Utara yang notabene semakin menjauh dari Terminal Kampung Rambutan. Bahkan, ketika sampai di Pluit, sopir taksi meminta agar masitoh turun dengan alasan akses jalan yang macet karena banjir.

"Argonya sudah hampir Rp100 ribu, saya disuruh turun. Dia bilang jalanan banjir, mobil tidak bisa melintas," terang masitoh ketika ditemui di ruang perawatan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Ibnu Sina, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Kamis (6/2).

Masitoh ingat benar saat itu jam menunjuk pada lima pagi. Di daerah Pluit, ia pun sempat bertanya kepada beberapa orang yang ditemui, bagaimana cara dia sampai ke Terminal Kampung Rambutan.

"Kata orang, kalau Kampung Rambutan masih jauh. Saya lalu diminta naik bajaj ke Grogol untuk mencari bus jurusan Kampung Rambutan di sana. Saya kemudian menyegat sebuah bajaj," kisahnya.
Belum lama bajaj berjalan, Masitoh merasakan ada yang aneh dengan perutnya. "Seperti ada yang mendorong-dorong di dalam perut saya," kata dia. Masitoh sempat tidak menghiraukan rasa sakitnya. Ia pikir, semua perempuan yang sedang hamil tua pasti merasakan hal yang sama; si bayi dalam kandungan bergerak-gerak. Tetapi rasa sakitnya terus bertambah dalam perjalanan itu.

"Semakin lama kok semakin sakit. Saya lihat kok sepertinya sudah ada kontraksi," kisah Masitoh. Dia sempat malu mengungkapkan rasa sakitnya kepada si sopir bajaj. Tetapi, karena bayi di dalam perutnya semakin lama terus terdorong, ia pun meminta kepada sopir bajaj untuk mencari bidan atau klinik terdekat.

Belum sempat menemukan bidan atau klinik, Masitoh sudah menemukan kepala bayi keluar dari alat kelaminnya. Darah pun mulai bercucuran. Beberapa saat kemudian, seluruh bagian tubuh bayi sudah keluar. "Keluarnya sangat mudah. Saya hanya dorong dua kali saja," katanya. Oleh pengemudi bajaj, Masitoh kemudian dibawa ke RSIA Ibnu Sina, Grogol.

Seorang bidan RSIA Ibnu Sina, Dwi Fitri menjelaskan, saat itu beberapa bidan yang bertugas kaget melihat seorang perempuan turun dari bajaj dengan membawa bayi yang tali pusarnya masih belum lepas. "Dia sampai sini sekitar jam enam pagi, langsung mendapatkan perawatan medis untuk pemotongan tali pusar si bayi," katanya.


Sumber Tribun News

0 comments:

Post a Comment