Kesulitan tidur adalah hal yang telah menjadi masalah umum bagi perokok. Hal ini disebut-sebut diakibatkan oleh nikotin.
Sebuah studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa merokok menyebabkan circadian clock atau ritme kerja dan istirahat paru-paru terganggu. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa merokok berdampak negatif pada tidur seseorang karena kinerja paru-paru terhambat.
Para peneliti dari University of Rochester Medical Center melakukan sebuah studi jangka panjang (6 bulan) dan jangka pendek (3 dan 10 hari) pada tikus terkait hal ini. Mereka menemukan bahwa pada tikus yang terpapar asap rokok, circadian clock terganggu dan inflamasi atau pembengkakan pada paru-paru meningkat. Inflamasi ini dapat berujung pada emfisema.
Dalam studi tersebut juga
diketahui bahwa asap rokok memiliki efek spesifik pada molekul bernama
SIRTUIN1. Pengurangan tingkat molekul ini berdampak pada tingkat BMAL1,
protein yang mengatur circadian clock pada paru-paru dan otak.
Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa adanya penurunan tingkat SIRTUIN1 pada jaringan tisu di paru-paru perokok dan non-perokok. Temuan baru tersebut dipublikasikan di The FASEB Journal.
"Studi ini telah menunjukkan bahwa asap rokok berdampak pada fungsi paru-paru dan neurofisiologikal seseorang, baik yang merokok secara aktif dan yang merupakan perokok pasif," ucap salah seorang peneliti, Irfan Rahman, Ph.D. dari Department of Environmental Medicine di University of Rochester Medical Center, dikutip dari Huffington Post.
Ia juga mengatakan bahwa ke depannya harus diciptakan semacam terapi yang dapat meningkatkan fungsi paru-paru dan jantung pada perokok.
Tak hanya itu, peneliti juga menemukan bahwa adanya penurunan tingkat SIRTUIN1 pada jaringan tisu di paru-paru perokok dan non-perokok. Temuan baru tersebut dipublikasikan di The FASEB Journal.
"Studi ini telah menunjukkan bahwa asap rokok berdampak pada fungsi paru-paru dan neurofisiologikal seseorang, baik yang merokok secara aktif dan yang merupakan perokok pasif," ucap salah seorang peneliti, Irfan Rahman, Ph.D. dari Department of Environmental Medicine di University of Rochester Medical Center, dikutip dari Huffington Post.
Ia juga mengatakan bahwa ke depannya harus diciptakan semacam terapi yang dapat meningkatkan fungsi paru-paru dan jantung pada perokok.
Copas dari VIVAlife
0 comments:
Post a Comment